Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 34 Cara Dicabutnya Ilmu

Daftar Isi [Lihat]
Bab 34 Cara Dicabutnya Ilmu
(Dari audio rekaman kajian kitab Shahih Bukhari oleh pemateri al Ustadz Muhammad Afifuddin hafizhahullah)

HADITS KE 100 DAN TERJEMAH

حدثنا إسماعيل بن أبي أويس قال : حدثني مالك عن هشام بن عروة عن أبيه عن عبد الله بن عمرو بن العاص قال : سمعت رسول اللہ ﷺ یقول: «إن الله لا يقبض العلم انتزاعاً ينتزعه من العباد ، ولكن يقبض العلم بقبض العلماء حتى إذا لم يبق عالماً اتخذ الناس رؤوساً جهالا فسئلوا فأفتوا بغير علم فضلوا وأضلُوا».
قال الفربري : حدثنا عباس قال : حدثنا قتيبة حدثنا جرير عن هشام نحوه .

Dari 'Abdullah bin 'Amr ibnul 'Ash radhiyallahu 'anhu ia berkata: Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan cara menghapus dari dada hamba-hambanya sekaligus. Akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mencabut (nyawa) para ulama. Sehingga bila sudah tidak tersisa seorang 'alim pun, maka mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh. Lalu pemimpin-pemimpin tersebut ditanya kemudian mereka berfatwa tanpa ilmu.
Maka mereka pun sesat dan menyesatkan (masyarakatnya)."

FAEDAH HADITS KE 100

+ Hadits ini menunjukkan cara dicabutnya ilmu oleh Allah yaitu dengan cara dicabutnya nyawa para pengembannya. Dengan wafatnya para ulama, maka terhapus pula ilmu yang ada pada mereka.
+ Seharusnya bagi kaum muslimin untuk memanfaatkan keberadaan para ulama yang ada untuk mengambil ilmu, nasehat dan bimbingan-bimbingan mereka sebelum wafatnya para ulama tersebut.
+ Sebuah dakwah yang tidak dibimbing oleh para ulama lebih banyak merusak dan menyimpang daripada membangun ummat
+ Adanya ulama menunjukkan adanya kebaikan pada ummat
+ Tersebarnya ilmu di sebuah tempat merupakan tanda tanda kebaikan untuk orang di tempat tersebut dan tersembunyinya ilmu merupakan tanda tanda kejelekan
+ Anjuran untuk menjaga ilmu.
+ Anjuran untuk menuntut ilmu sebelum meninggalnya para ulama.
+ Memungkinkannya pada suatu masa kosong dari ahli ijtihad ditunjukkan dengan kalimat "Sampai tidak tersisa seorang 'alim pun".[1]
+ Pemimpin yang sesungguhnya adalah para ulama ditunjukkan dari kalimat "mereka mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh"
+ Kepemimpinan yang hakiki adalah fatwa.
+ Haramnya berbicara atas nama Allah tanpa ilmu dikarenakan hal tersebut termasuk dosa besar yang paling besar.[2]
+ Apabila tidak ada ulama, maka yang ada adalah orang-orang jahil. Apabila tidak ada pemimpin pemimpin yang 'alim, maka yang ada ialah pemimpin pemimpin yang jahil. Dan apabila ilmu tidak tersebar, maka yang tersebar pada umat adalah kebodohan.
+ Kebiasaan masyarakat adalah bertanya kepada tokoh-tokoh mereka. Sehingga apabila tokoh-tokoh tersebut bukan merupakan seorang yang berilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan masyarakatnya.

Catatan
[1] Namun pada suatu masa tidak akan pernah kosong dari ath Thoifah al Manshuroh (golongan yang berada di atas kebenaran) meskipun orang orang yang berada di dalamnya tidak mencapai tingkatan ulama mujtahid
[2] Bahkan hal tersebut lebih besar dosanya dari kesyirikan dimana kesyirikan biasanya dosanya terbatas pada pelakunya sementara berbicara atas nama Allah tanpa ilmu dosanya akan dirasakan dan dilakukan oleh semua pihak yang mempercayai pembicaraan tanpa ilmu tersebut. Dan disebutkan oleh Imam Ibnul Qayyim al Jauziyyah rahimahullah dalam kitabnya Madarijus Salikin bahwasanya asal muasal munculnya kesyirikan, kekufuran, dan segala bentuk penyimpangan adalah karena berbicara atas nama Allah dengan tanpa ilmu.

=======
Simak serial audionya untuk penjelasan & tambahan faedah lainnya di kanal t.me/sunnahme. Join untuk notifikasi terbaru di perangkat Anda. Share dengan tetap menyertakan sumbernya.

Posting Komentar untuk "Bab 34 Cara Dicabutnya Ilmu"

بسم الله الرحمن الرحيم ِ